FAIUMBANDUNG.ID, Bandung – Ketua Lembaga Pondok Pesantren Muhammadiyah PWM Jawa Barat Agus Abdul Rahman menegaskan bahwa lulusan PTMA perlu memiliki rencana dan arah hidup yang jelas setelah wisuda sebagai tanda berakhirnya masa perkuliahan.
Ia menambahkan, akan lebih baik jika persiapan itu sudah dilakukan sejak jauh hari agar langkah ke depan semakin terarah.
Pesan itu ia sampaikan saat menjadi pemateri Baitul Arqam Purna Studi yang digelar Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan pada Kamis (14/08/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Agus mengingatkan bahwa dunia pasca kampus membuka berbagai pilihan bagi para lulusan. Mereka dapat melanjutkan kuliah, bekerja, berwirausaha, hingga membangun keluarga.
”Pertanyaan paling mendasar setelah wisuda adalah apa yang akan dilakukan? Apakah akan melanjutkan kuliah, melamar pekerjaan, berwirausaha, atau menikah?” ujarnya membuka sesi.
Agus kemudian memaparkan konsep prophetic leadership yang menurutnya sangat relevan di era digital saat ini. Gaya kepemimpinan ini, jelasnya, dibangun atas dasar nilai-nilai spiritual dengan meneladani kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
”Kepemimpinan adalah sebuah amanah dan harus dipertanggungjawabkan. Allah yang memberikan, dan Allah pula yang dapat mencabutnya,” tegasnya mengutip hadis riwayat Bukhari dan Muslim serta QS. Ali Imran ayat 26.
Lebih lanjut, Agus menekankan bahwa kepemimpinan profetik memiliki misi mulia, yakni menebar kasih sayang bagi alam semesta sekaligus menyempurnakan akhlak manusia.
“Seperti ditegaskan dalam QS Al-Anbiya ayat 107, Nabi diutus sebagai rahmat bagi semesta alam dan tugas kepemimpinan adalah menyempurnakan kemuliaan akhlak,” katanya. Ia menegaskan, orientasi kepemimpinan tidak hanya sebatas pencapaian duniawi, tetapi berlandaskan kemanusiaan dan spiritualitas.
Dalam penjelasannya, Agus menyebut sejumlah karakter yang wajib dimiliki pemimpin profetik. Menurutnya, seorang pemimpin harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, bersikap tegas tetapi tetap lembut, serta menjadi teladan bagi umat.
”Sifat sidi, amanah, tablig, dan fatanah harus melekat pada diri seorang pemimpin. Ia juga harus sabar, mencintai, dicintai, dan mampu mengendalikan diri,” tegasnya.
Namun, Agus menambahkan bahwa kepemimpinan di era digital menuntut keterampilan tambahan yang berbeda dengan masa lalu. Perubahan teknologi yang pesat menuntut pemimpin untuk mampu beradaptasi, memanfaatkan teknologi, dan mengambil keputusan berbasis data.
”Seorang pemimpin di era digital harus mampu mengambil keputusan berbasis data dan memanfaatkan teknologi sebagai alat strategis,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya keterampilan komunikasi, manajemen pengetahuan, serta berpikir kritis agar pemimpin tidak sekadar reaktif, tetapi solutif.
“Kemampuan komunikasi dan manajemen pengetahuan adalah kunci agar informasi dapat diolah dengan bijak dan digunakan untuk kepentingan yang lebih luas,” tambahnya. Menurutnya, hal ini akan memperkuat daya saing pemimpin dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Mengakhiri pemaparannya, Agus menekankan bahwa pemimpin masa kini harus berani berinovasi, berkolaborasi lintas disiplin, serta menciptakan peluang baru.
Ia berpesan agar para lulusan UM Bandung mampu mengintegrasikan nilai profetik dengan keterampilan digital untuk menjawab tantangan zaman.
“Kita butuh pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan adaptif terhadap perubahan digital,” pungkasnya.***(FA)